Traffine I/O

Bahasa Indonesia

2022-04-13

Korelasi dan Kausalitas

Apa itu Korelasi

Korelasi menggambarkan pengukuran statistik yang menjelaskan ukuran dan arah hubungan antara dua atau lebih variabel. Koefisien korelasi, sering ditandai dengan r, mengukur hubungan ini dan berkisar antara -1 hingga +1. Koefisien korelasi yang mendekati +1 menunjukkan korelasi positif yang kuat, artinya kedua variabel bergerak ke arah yang sama. Sebaliknya, koefisien korelasi yang mendekati -1 menunjukkan korelasi negatif yang kuat, yang mengindikasikan bahwa variabel-variabel tersebut bergerak ke arah yang berlawanan. Korelasi nol menunjukkan bahwa tidak ada hubungan linear antara variabel-variabel tersebut.

Korelasi adalah alat penting dalam statistik karena mengukur sejauh mana dua variabel saling berhubungan. Namun, penting untuk diingat bahwa korelasi tidak menyiratkan kausalitas. Korelasi tidak dapat menjelaskan mengapa variabel-variabel bergerak bersama-sama, hanya bahwa mereka melakukannya.

Apa itu Kausalitas

Kausalitas adalah konsep yang jauh lebih kompleks. Kausalitas mengacu pada hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel. Membuktikan kausalitas berarti membuktikan bahwa perubahan dalam satu variabel menyebabkan perubahan dalam variabel lainnya.

Untuk menyimpulkan kausalitas, biasanya harus memenuhi tiga kriteria:

  • Penyebab harus terjadi sebelum akibat (keberadaan temporal).
  • Penyebab dan akibat harus berkorelasi secara statistik.
  • Tidak boleh ada penjelasan alternatif yang masuk akal untuk akibat selain penyebab (non-spuriousness).

Membuktikan kausalitas lebih sulit daripada korelasi. Hal ini sering melibatkan eksperimen yang dirancang dengan cermat yang mengontrol potensi variabel bercampur (confounding variables) - variabel-variabel ketiga yang dapat mempengaruhi baik penyebab maupun variabel akibat, menciptakan korelasi yang keliru.

Perbedaan antara Korelasi dan Kausalitas

Korelasi dan kausalitas berbeda terutama dalam apa yang bisa mereka berikan kepada kita tentang hubungan antara variabel-variabel. Korelasi memberi tahu kita bahwa dua variabel berubah bersama-sama, tetapi tidak memberi tahu kita mengapa. Kausalitas memberi tahu kita tidak hanya bahwa dua variabel berubah bersama-sama, tetapi juga bahwa perubahan dalam satu variabel menyebabkan perubahan dalam variabel lainnya.

Untuk memahami konsep ini, pertimbangkan peribahasa yang terkenal dalam statistik: "korelasi tidak menyiratkan kausalitas." Ini berarti bahwa hanya karena dua variabel berkorelasi tidak berarti bahwa satu variabel menyebabkan perubahan dalam variabel lainnya.

Mungkin ada variabel ketiga yang menyebabkan perubahan dalam kedua variabel, atau korelasi tersebut mungkin sepenuhnya kehendak kebetulan. Misalnya, mungkin ada korelasi tinggi antara penjualan es krim dan serangan hiu di suatu daerah. Namun, ini tidak berarti bahwa membeli es krim menyebabkan serangan hiu atau sebaliknya. Sebaliknya, variabel ketiga - seperti cuaca hangat - mungkin mempengaruhi keduanya.

Kesalahan Penafsiran dan Penggunaan yang Salah tentang Korelasi dan Kausalitas

Kesalahan penafsiran dan penggunaan yang salah tentang korelasi dan kausalitas terjadi ketika seseorang mengabaikan perbedaan penting antara kedua konsep ini. Konsekuensinya dapat bervariasi dari pemahaman yang salah yang tidak berbahaya hingga kesalahan yang berpotensi merugikan dalam berbagai bidang, termasuk kesehatan masyarakat, ekonomi, dan pembuatan kebijakan.

Kesalahan Penafsiran yang Umum

Salah satu kesalahan penafsiran yang umum adalah menyimpulkan kausalitas dari korelasi. Misalnya, jika ada korelasi positif antara ukuran sepatu anak-anak dan kemampuan membaca mereka, tidak benar untuk menyimpulkan bahwa memiliki kaki yang lebih besar menyebabkan anak-anak membaca lebih baik. Sebenarnya, faktor ketiga, yaitu usia, mempengaruhi baik ukuran sepatu maupun kemampuan membaca.

Penggunaan yang Salah dalam Kehidupan Sehari-hari

Penggunaan yang salah lainnya adalah mengasumsikan hubungan sebab-akibat di mana tidak ada hubungan sebab-akibat. Misalnya, sebuah bisnis mungkin melihat bahwa bulan dengan pendapatan tertinggi mereka adalah bulan dengan pengeluaran iklan tertinggi. Namun, akan menjadi kesalahan untuk secara otomatis meningkatkan pengeluaran iklan tanpa mempertimbangkan faktor lain, seperti musim liburan, yang dapat mendorong peningkatan penjualan dan pengeluaran iklan.

Penggunaan yang Salah dalam Media dan Pembuatan Kebijakan

Media dan pembuatan kebijakan tidak terhindar dari kesalahan penafsiran semacam ini. Misalnya, laporan berita mungkin menyoroti sebuah studi yang menemukan korelasi antara diet tertentu dan risiko penyakit tertentu yang lebih rendah, menyiratkan bahwa diet tersebut secara langsung mengurangi risiko penyakit. Inferensi semacam itu bisa menyesatkan jika studi tersebut tidak memperhitungkan faktor pengacau, seperti gaya hidup keseluruhan peserta atau predisposisi genetik.

Korelasi Pseudo

Korelasi pseudo merujuk pada hubungan yang tampaknya antara dua variabel yang, setelah diperiksa lebih teliti, ternyata bersifat keliru atau kebetulan semata. Korelasi semacam ini tampak ada karena adanya variabel pengacau atau kebetulan acak, bukan hubungan yang bermakna.

Korelasi pseudo didasarkan pada prinsip bahwa korelasi tidak menyiratkan kausalitas. Ketika dua variabel tampak berkorelasi, mungkin menggoda untuk mengasumsikan bahwa perubahan dalam satu variabel menyebabkan perubahan dalam variabel lainnya. Namun, tanpa penyelidikan statistik atau eksperimental yang cermat, asumsi semacam itu dapat mengarah pada korelasi pseudo yang menyesatkan atau bahkan salah.

Contoh Korelasi Pseudo

Contoh klasik dari korelasi pseudo adalah hubungan antara jumlah film yang dibintangi oleh Nicolas Cage dalam satu tahun tertentu dengan jumlah orang yang tenggelam karena jatuh ke dalam kolam renang pada tahun yang sama. Meskipun terlihat ada korelasi antara kedua variabel ini, korelasi tersebut murni kebetulan semata.

Contoh lain adalah korelasi antara penggunaan Internet Explorer dan tingkat kejahatan pembunuhan di Amerika Serikat. Variabel-variabel ini tampaknya sangat berkorelasi selama periode tertentu, tetapi tidak logis untuk menyatakan bahwa menggunakan peramban web tertentu dapat memengaruhi tingkat kejahatan.

Implikasi dari Korelasi Pseudo

Korelasi pseudo dapat menghasilkan kesimpulan yang salah dan keputusan yang salah jika tidak diidentifikasi. Misalnya, dalam bisnis, sebuah perusahaan mungkin melihat korelasi antara peluncuran kampanye pemasaran dan peningkatan penjualan, dan berasumsi bahwa kampanye tersebut menyebabkan peningkatan penjualan. Namun, jika peningkatan penjualan sebenarnya disebabkan oleh faktor lain, seperti tren musiman, perusahaan tersebut dapat membuat keputusan pemasaran yang buruk di masa depan berdasarkan korelasi pseudo ini.

Mengidentifikasi dan Menghindari Korelasi Pseudo

Cara terbaik untuk menghindari korelasi pseudo adalah mendekati setiap korelasi dengan sikap skeptis dan berpikir kritis. Korelasi harus digunakan sebagai titik awal untuk penyelidikan lebih lanjut daripada tujuan akhir. Penelitian eksperimental, pengendalian variabel pengacau, dan penggunaan uji statistik dapat membantu membedakan antara korelasi yang benar dan korelasi pseudo.

Ryusei Kakujo

researchgatelinkedingithub

Focusing on data science for mobility

Bench Press 100kg!