Traffine I/O

Bahasa Indonesia

2022-09-10

Manajemen Permintaan Perjalanan (TDM)

Apa itu Manajemen Permintaan Perjalanan

Manajemen Permintaan Perjalanan (Travel Demand Management/TDM) adalah pendekatan multiaspek untuk mengatasi tantangan kemacetan, polusi, dan alokasi resource dalam jaringan transportasi yang semakin meningkat. Saat populasi perkotaan terus meningkat dan tekanan pada infrastruktur transportasi semakin meningkat, TDM muncul sebagai alat penting untuk membentuk lanskap mobilitas yang lebih berkelanjutan dan efisien.

TDM mencakup berbagai kebijakan, strategi, dan insentif yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku perjalanan, mengelola permintaan transportasi, dan mempromosikan solusi mobilitas yang berkelanjutan. Dengan menargetkan sisi pasokan dan permintaan transportasi, TDM bertujuan untuk mengurangi dampak negatif lingkungan, sosial, dan ekonomi dari penggunaan kendaraan yang berlebihan.

Mobilitas berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi tantangan global yang mendesak seperti perubahan iklim, polusi udara, dan resource alam yang semakin menipis. Saat pusat perkotaan tumbuh, kebutuhan akan transportasi yang efisien menjadi semakin mendesak. TDM menawarkan cara untuk mengoptimalkan infrastruktur yang ada, mendorong adopsi pilihan transportasi ramah lingkungan, dan pada akhirnya berkontribusi pada kota yang lebih sehat dan layak huni.

Prinsip Manajemen Permintaan Perjalanan

Mengurangi Penggunaan Kendaraan

Salah satu prinsip inti dari TDM adalah meminimalkan ketergantungan pada kendaraan dengan satu orang. Dengan mengurangi jumlah mobil di jalan, TDM membantu mengurangi kemacetan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan kualitas udara. Strategi untuk mencapai pengurangan ini termasuk mempromosikan transportasi umum, mendorong carpooling dan ride-sharing, serta mendukung penggunaan sepeda dan mode transportasi non-motor lainnya.

Mendorong Transportasi yang Berkelanjutan

TDM berupaya untuk mempromosikan sistem transportasi yang memprioritaskan keberlanjutan dan efisiensi. Pilihan transportasi berkelanjutan seperti transportasi umum, bersepeda, berjalan kaki, dan kendaraan listrik dapat secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dari perjalanan. Mendorong opsi-opsi ini melalui insentif, peningkatan infrastruktur, dan kampanye pemasaran yang ditargetkan dapat mengubah perilaku perjalanan ke mode yang lebih ramah lingkungan.

Menyeimbangkan Pasokan dan Permintaan

Mengelola pasokan infrastruktur dan layanan transportasi adalah prinsip penting lain dari TDM. Dengan mengoptimalkan alokasi resource dan kapasitas, TDM dapat memastikan bahwa sistem transportasi berfungsi dengan efektif sambil meminimalkan pemborosan dan konsumsi yang berlelebih. Keseimbangan ini dapat dicapai melalui strategi seperti congestion pricing, pengelolaan parkir, dan integrasi perencanaan penggunaan lahan dan transportasi.

Strategi untuk Manajemen Permintaan Perjalanan yang Efektif

Penentuan Harga Transportasi

Mekanisme penetapan harga dapat menjadi alat yang kuat untuk mengelola permintaan transportasi. Dengan menyesuaikan biaya menggunakan berbagai mode transportasi atau jalan raya, pihak berwenang dapat mempengaruhi perilaku perjalanan dan mengurangi kemacetan. Strategi yang dilakukan termasuk congestion pricing, tol jalan, dan pajak bahan bakar. Tindakan ini dapat mendorong orang untuk memilih mode transportasi yang lebih ramah lingkungan, mengoptimalkan penggunaan infrastruktur yang ada, dan menghasilkan pendapatan untuk diinvestasikan dalam transportasi umum dan alternatif berkelanjutan lainnya.

Pengelolaan Parkir

Kebijakan parkir memainkan peran penting dalam membentuk pilihan perjalanan. Dengan mengelola pasokan, lokasi, dan harga parkir, kota dapat mengurangi permintaan perjalanan dengan mobil tunggal dan mendorong bentuk transportasi lainnya. Strategi yang digunakan termasuk menetapkan jumlah parkir maksimum, menerapkan izin parkir residensial, dan menggunakan harga dinamis untuk mencerminkan permintaan.

Carpooling dan Ride-Sharing

Mendorong perjalanan bersama dapat mengurangi jumlah kendaraan di jalan, sehingga mengurangi kemacetan dan emisi. Program carpooling, aplikasi ride-sharing, dan jalur kendaraan tinggi (HOV) dapat memberi insentif bagi orang untuk berbagi kendaraan, membuat penggunaan jalan yang tersedia lebih efisien.

Pembangunan Berorientasi Transit

Pembangunan berorientasi transit (Transit-Oriented Development/TOD) adalah strategi perencanaan penggunaan lahan yang mempromosikan pengembangan yang padat dan beragam di dekat pusat transit umum. Dengan mengkonsentrasikan perumahan, lapangan kerja, dan layanan di sekitar stasiun transit, TOD dapat mendorong penggunaan transportasi umum, mengurangi kebutuhan untuk memiliki mobil, dan menciptakan masyarakat yang dapat dijelajahi dengan berjalan kaki.

Transportasi Non-Motor

Mempromosikan berjalan kaki dan bersepeda sebagai opsi transportasi yang layak dapat secara signifikan mengurangi ketergantungan pada transportasi bermotor. Untuk mencapai hal ini, kota dapat berinvestasi dalam jalur sepeda yang didedikasikan, jalan yang ramah bagi pejalan kaki, dan peningkatan infrastruktur lainnya yang membuat transportasi non-motor menjadi lebih aman, nyaman, dan menarik.

Telecommuting dan Jadwal Kerja yang Fleksibel

Mendorong kerja jarak jauh dan jadwal kerja yang fleksibel dapat membantu mengurangi permintaan transportasi selama jam sibuk, mengurangi kemacetan dan emisi. Pemberi kerja dapat menawarkan opsi kerja jarak jauh dan pengaturan kerja yang fleksibel, sementara pemerintah dapat memberikan insentif dan dukungan bagi bisnis yang mengadopsi praktik ini.

Informasi Perjalanan dan Pemasaran

Memberikan informasi perjalanan yang akurat dan real-time serta memasarkan opsi transportasi berkelanjutan dapat mempengaruhi pilihan perjalanan. Pelancong dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi ketika mereka memiliki akses informasi tentang jadwal transportasi, opsi ride-sharing, dan rute sepeda. Kampanye pemasaran dapat meningkatkan kesadaran tentang manfaat transportasi berkelanjutan dan mendorong adopsi mode-mode tersebut.

Studi Kasus

Banyak kota di seluruh dunia telah berhasil menerapkan strategi manajemen permintaan perjalanan untuk mengatasi tantangan transportasi. Studi kasus ini memberikan wawasan berharga tentang efektivitas berbagai pendekatan dan faktor yang berkontribusi pada kesuksesan mereka.

  • London, Inggris
    Skema congestion pricing London, diperkenalkan pada tahun 2003, telah secara efektif mengurangi volume lalu lintas dan meningkatkan kualitas udara di pusat kota. Pendapatan yang dihasilkan dari skema ini telah diinvestasikan dalam transportasi umum, infrastruktur sepeda, dan perbaikan pejalan kaki.

  • Singapura
    Sebagai salah satu pelopor congestion pricing, Singapura berhasil menjaga sistem transportasi yang sangat efisien dan berkelanjutan. Jaringan transportasi umum yang terintegrasi dengan baik, dikombinasikan dengan penetapan harga jalan yang dinamis dan kontrol kepemilikan kendaraan yang ketat, berhasil mengelola permintaan perjalanan dan mengurangi kemacetan.

  • Kopenhagen, Denmarkia
    Kopenhagen adalah pemimpin dunia dalam mempromosikan bersepeda sebagai mode transportasi utama. Investasi kota dalam infrastruktur bersepeda yang luas, dipadukan dengan komitmen terhadap perencanaan perkotaan yang memprioritaskan transportasi non-motor, menghasilkan lebih dari 50% dari seluruh perjalanan yang dilakukan dengan sepeda.

Mengatasi Tantangan

Menerapkan strategi manajemen permintaan perjalanan seringkali melibatkan mengatasi berbagai tantangan, seperti resistensi publik, hambatan politik, dan pembatasan pendanaan. Pelajaran penting yang dipetik dari implementasi yang berhasil termasuk:

  • Melibatkan Pihak-Pihak Terkait
    Kebijakan TDM yang efektif memerlukan keterlibatan dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, bisnis, dan lembaga pemerintah. Keterlibatan awal, komunikasi transparan, dan kolaborasi dapat membantu membangun konsensus dan membuka jalan bagi implementasi yang berhasil.

  • Proyek Uji Coba dan Implementasi Bertahap
    Menguji strategi melalui proyek uji coba atau implementasi bertahap dapat membantu mengidentifikasi masalah potensial, menunjukkan efektivitas, dan membangun dukungan untuk adopsi yang lebih luas.

  • Menyesuaikan dengan Konteks Lokal
    Strategi TDM harus disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan unik setiap kota atau wilayah. Faktor seperti kepadatan penduduk, infrastruktur transportasi yang ada, dan preferensi budaya harus dipertimbangkan saat merancang dan menerapkan kebijakan.

  • Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan
    Memantau kinerja strategi TDM secara teratur sangat penting untuk menilai efektivitasnya dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Mengevaluasi dampak kebijakan terhadap perilaku perjalanan, kemacetan, emisi, dan kualitas hidup secara keseluruhan dapat memberikan informasi untuk keputusan masa depan dan memastikan kesuksesan inisiatif TDM yang berkelanjutan.

Ryusei Kakujo

researchgatelinkedingithub

Focusing on data science for mobility

Bench Press 100kg!