Traffine I/O

Bahasa Indonesia

2022-11-08

Design Thinking

Apa itu Design Thinking

Design Thinking adalah proses pemecahan masalah yang iteratif yang bertujuan untuk memahami pengguna, menantang asumsi, dan mendefinisikan ulang masalah dengan upaya mengidentifikasi solusi alternatif yang mungkin tidak terlihat pada awalnya. Ini melibatkan mindset yang berfokus pada solusi yang berpusat pada manusia, mendorong para perancang untuk fokus pada kebutuhan, pemikiran, emosi, dan perilaku pengguna. Daripada memulai dengan masalah teknis, Design Thinking dimulai dengan kehidupan orang-orang yang menjadi target produk atau layanan tersebut.

Prinsip Inti Design Thinking

Fokus Berpusat pada Manusia
Di pusat Design Thinking adalah manusia. Fokus berpusat pada manusia berarti bahwa semua proses perancangan dan inovasi harus dimulai dengan pemahaman terhadap orang-orang yang akan menggunakan produk atau layanan tersebut. Pemahaman ini mencakup kebutuhan kognitif, emosional, dan fisik pengguna. Ini memastikan bahwa solusi tidak hanya fungsional tetapi juga memberikan nilai emosional dan meningkatkan kualitas hidup.

  • Kolaborasi
    Design Thinking berkembang melalui kolaborasi. Mengumpulkan individu dengan latar belakang dan keahlian yang beragam menghasilkan beragam wawasan dan ide. Kolaborasi tidak hanya antara anggota tim, tetapi juga dengan pemangku kepentingan, klien, dan terutama pengguna akhir. Melibatkan pengguna akhir melalui proses perancangan memastikan bahwa solusi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan mereka yang sebenarnya.

  • Iterasi
    Design Thinking adalah proses iteratif. Ini berarti bahwa ini bukanlah proses linear dengan awal dan akhir yang tetap. Sebaliknya, melibatkan melalui lima tahap berulang - empati, definisi, ideasi, prototipe, dan pengujian - seiring dengan diperolehnya wawasan baru dan pemahaman yang berkembang. Iterasi memungkinkan penyempurnaan dan perbaikan berkelanjutan terhadap ide dan solusi.

  • Perspektif yang Beragam
    Mendorong perspektif yang beragam adalah hal yang sentral dalam Design Thinking. Ketika individu dengan pengalaman, keahlian, dan sudut pandang yang berbeda-beda bergabung, mereka membawa wawasan unik yang berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang masalah dan solusi yang lebih inovatif.

  • Eksperimen
    Eksperimen melibatkan mengambil risiko dan belajar melalui melakukan. Dalam Design Thinking, pembuatan prototipe adalah bentuk eksperimen di mana ide-ide diwujudkan dengan tujuan pengujian dan pembelajaran. Melalui eksperimen, perancang dapat dengan cepat memvalidasi ide-ide, belajar dari kegagalan, dan menyempurnakan pendekatan mereka.

Lima Tahap Design Thinking

  • Empati
    Tahap Empati adalah dasar dari proses Design Thinking. Ini melibatkan merasakan dunia pengguna untuk memahami pengalaman, kebutuhan, emosi, dan konteks mereka. Hal ini dapat dicapai melalui wawancara, survei, observasi, atau bahkan mengalami produk atau layanan secara langsung. Dengan berempati terhadap pengguna, perancang dapat mengungkap wawasan yang mengarah pada solusi yang berpusat pada manusia.

  • Definisi
    Dalam tahap Definisi, informasi yang dikumpulkan dalam tahap Empati disintesis untuk secara jelas mengartikulasikan masalah yang perlu diatasi. Hal ini sering melibatkan merumuskan ulang masalah dari sudut pandang pengguna. Penting pada tahap ini untuk memastikan bahwa masalah tersebut berpusat pada pengguna dan didasarkan pada kebutuhan pengguna yang sebenarnya, bukan hanya tujuan bisnis atau kemampuan teknologi.

  • Ideasi
    Tahap Ideasi adalah tempat kreativitas berperan. Pada tahap ini, tim menghasilkan sebanyak mungkin ide untuk mengatasi masalah yang telah didefinisikan. Teknik seperti brainstorming, pemetaan pikiran, atau bahkan menggambar dapat digunakan. Tujuannya adalah berpikir di luar kotak dan tidak terbatas oleh solusi yang sudah ada. Kuantitas dihargai pada tahap ini karena meningkatkan kemungkinan menemukan solusi inovatif.

  • Prototipe
    Pembuatan prototipe melibatkan menciptakan versi skala kecil dari produk atau solusi. Ini dapat berupa sesuatu yang sederhana seperti sketsa atau model dari kardus hingga prototipe digital yang lebih canggih. Prototipe harus cukup untuk dapat dibagikan kepada pengguna dan pemangku kepentingan untuk mendapatkan umpan balik tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu atau resource.

  • Pengujian
    Pengujian adalah tahap terakhir dalam proses Design Thinking. Di sini, prototipe dipresentasikan kepada pengguna dan pemangku kepentingan untuk mendapatkan umpan balik. Penting untuk mengamati bagaimana mereka berinteraksi dengan prototipe dan mendengarkan umpan balik mereka. Tahap ini tidak hanya tentang memvalidasi solusi tetapi juga tentang belajar dan mengumpulkan wawasan yang dapat digunakan untuk menyempurnakan solusi.

Alat dan Teknik

  • Brainstorming
    Brainstorming adalah teknik kreatif yang digunakan dalam tahap Ideasi untuk menghasilkan banyak ide. Ini melibatkan mengumpulkan kelompok yang beragam dan mendorong mereka untuk secara bebas berbagi pemikiran dan ide tanpa ada penilaian atau kritik.

  • Pemetaan Pikiran
    Pemetaan Pikiran adalah alat visual yang digunakan untuk struktur informasi, membantu menganalisis, memahami, mensintesis, mengingat, dan menghasilkan ide-ide baru. Dalam konteks Design Thinking, ini dapat sangat berguna selama tahap Definisi untuk mensintesis wawasan atau selama tahap Ideasi untuk menjelajahi bagaimana ide-ide yang berbeda terhubung satu sama lain.

Mind mapping
Mindmapping

  • Storyboarding
    Storyboarding adalah teknik yang terdiri dari memvisualisasikan pengalaman pengguna dengan menggunakan serangkaian ilustrasi atau gambar. Alat ini sangat membantu dalam tahap Prototipe, di mana perancang dapat menggambarkan perjalanan pengguna melalui solusi.

Storyboarding
Storyboarding

  • Alat Prototyping
    Alat prototyping adalah perangkat lunak atau bahan yang dapat digunakan untuk membuat representasi konkret dari solusi Anda. Pada tahap Prototipe, alat-alat ini dapat berkisar dari kertas dan pensil untuk membuat sketsa, hingga perangkat lunak canggih seperti Adobe XD, Sketch, atau Figma untuk membuat prototipe digital yang mendekati tampilan akhir.

  • Loop Umpan Balik
    Loop umpan balik melibatkan pengumpulan umpan balik secara sistematis dari pengguna dan pemangku kepentingan. Alat ini penting dalam fase Pengujian. Metode pengumpulan umpan balik meliputi wawancara, survei, dan pengujian kegunaan. Loop umpan balik membantu perancang memahami apa yang berhasil dan tidak berhasil, dan wawasan yang diperoleh sangat berharga untuk menyempurnakan produk atau solusi.

Studi Kasus: Mengaplikasikan Design Thinking untuk Meningkatkan Pengalaman Pasien di Rumah Sakit

Saya akan memperkenalkan bagaimana sebuah rumah sakit berukuran sedang menggunakan Design Thinking untuk meningkatkan pengalaman pasien di fasilitas mereka. Rumah sakit ini menghadapi masalah seperti waktu tunggu yang lama, kurangnya komunikasi yang jelas, dan ketidakpuasan secara keseluruhan di antara pasien. Dengan menerapkan Design Thinking, rumah sakit bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ini dan menciptakan lingkungan yang lebih berpusat pada pasien.

Empati: Memahami Perspektif Pasien

Untuk memahami tantangan yang dihadapi pasien, rumah sakit membentuk tim lintas fungsi yang terdiri dari dokter, perawat, staf administrasi, dan bahkan beberapa pasien. Tim ini melakukan wawancara mendalam dengan pasien, mengamati interaksi mereka dengan staf rumah sakit dan lingkungan sekitar mereka, serta berpartisipasi dalam skenario peran untuk merasakan pengalaman pasien.

Beberapa wawasan yang didapatkan meliputi:

  • Pasien sering merasa cemas dan bingung tentang tempat yang harus mereka tuju.
  • Waktu tunggu lama dan area tunggu yang tidak nyaman.
  • Komunikasi antara staf dan pasien tidak konsisten.

Definisi: Merumuskan Masalah

Menggunakan wawasan dari tahap Empati, tim mensintesis informasi tersebut untuk mendefinisikan masalah inti yang perlu mereka atasi:

Bagaimana kita bisa meningkatkan pengalaman rumah sakit untuk mengurangi kecemasan dan ketidakpuasan pasien dengan menyederhanakan proses, meningkatkan kenyamanan, dan meningkatkan komunikasi?

Ideasi: Menghasilkan Solusi Potensial

Tim terlibat dalam sesi brainstorming untuk menghasilkan berbagai solusi yang mungkin untuk masalah yang telah diidentifikasi. Beberapa ide yang dihasilkan meliputi:

  • Sistem pendaftaran digital untuk menyederhanakan proses penerimaan.
  • Zona berkode warna di rumah sakit untuk membantu pasien berpindah dengan mudah.
  • Pelatihan untuk staf dalam komunikasi dan keterlibatan pasien.
  • Menciptakan area tunggu yang lebih nyaman dengan akses ke fasilitas seperti air minum, majalah, dan stasiun pengisian daya.

Prototipe: Menghidupkan Ide

Tim memilih beberapa ide untuk diprototipekan. Untuk sistem pendaftaran digital, mereka membuat mock-up antarmuka pada kertas. Untuk zona berkode warna, mereka membuat model miniatur menggunakan kertas berwarna dan spidol. Untuk pelatihan staf, mereka membuat modul pelatihan percobaan. Dan untuk perbaikan area tunggu, mereka mengatur ulang sebagian kecil area tunggu yang ada dengan fasilitas yang diusulkan.

Pengujian: Memvalidasi Solusi

Dengan prototipe siap, tim memulai tahap pengujian. Mereka mengundang pasien dan anggota staf untuk menggunakan mock-up pendaftaran digital, menjelajahi model miniatur, berpartisipasi dalam modul pelatihan, dan merasakan perbaikan di area tunggu.

Umpan balik sangat berharga. Pasien menyukai ide pendaftaran digital tetapi menginginkannya lebih intuitif. Zona berkode warna diterima dengan baik. Modul pelatihan untuk staf diapresiasi tetapi perlu beberapa penyesuaian. Perbaikan di area tunggu sangat dipuji.

Implementasi dan Iterasi

Berdasarkan umpan balik, tim menyempurnakan prototipe mereka dan mulai mengimplementasikan solusi di rumah sakit. Mereka memasang sistem pendaftaran digital, melukis dan meletakkan tanda-tanda untuk zona berkode warna, melakukan program pelatihan komunikasi di seluruh rumah sakit, dan merenovasi area tunggu.

Tim terus mengumpulkan umpan balik pasca-implementasi dan secara iteratif melakukan perbaikan.

Hasil dan Kesimpulan

Setelah menerapkan Design Thinking, rumah sakit melihat peningkatan signifikan dalam skor kepuasan pasien. Waktu tunggu berkurang, pasien merasa lebih nyaman dalam berpindah di rumah sakit, komunikasi meningkat, dan area tunggu menjadi lebih nyaman.

Ryusei Kakujo

researchgatelinkedingithub

Focusing on data science for mobility

Bench Press 100kg!