Apa itu Depresi Besar
Depresi Besar adalah periode kemerosotan ekonomi yang dahsyat yang melanda dunia pada awal abad ke-20. Berlangsung dari tahun 1929 hingga awal 1940-an, ini merupakan krisis ekonomi yang paling parah dan berkepanjangan dalam sejarah Barat modern. Bencana ini ditandai dengan penurunan drastis dalam produksi, tingkat pengangguran yang melonjak, kemiskinan yang meluas, dan kontraksi ekonomi yang parah dalam perdagangan dunia.
Skala dan Lingkup: Krisis Global
Depresi Besar dimulai di Amerika Serikat tetapi dengan cepat meluas ke seluruh dunia, melumpuhkan hampir setiap negara dalam keputusasaan ekonomi. Negara-negara di Eropa, Amerika Latin, dan Asia merasakan efek yang menghancurkan dari kejatuhan keuangan ini. Negara-negara yang sangat terpengaruh adalah mereka yang terikat secara ekonomi dengan Amerika Serikat, seperti Kanada dan Jerman. Dengan sistem perbankan dalam keadaan kacau dan tingkat pengangguran mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketidakstabilan sosial dan ketidakstabilan politik melanda banyak negara.
Era Gemilang: Prakondisi untuk Kesengsaraan
Sepuluh tahun sebelum Depresi Besar, tahun 1920-an, memberikan kontras yang tajam dengan kekacauan yang akan datang. Dikenal sebagai "Era Gemilang," era ini ditandai dengan kemakmuran ekonomi, industrialisasi yang pesat, dinamika budaya, dan transformasi sosial di Amerika Serikat. Pasar saham yang booming, berkembangnya dunia seni, dan inovasi teknologi yang meluas menciptakan suasana optimisme dan kemakmuran. Namun, di balik kedok kemakmuran ini terdapat pemicu keruntuhan ekonomi - spekulasi liar, peminjaman yang berlebihan, ketimpangan pendapatan, dan sistem perbankan yang terlalu memperluas diri.
Akar Krisis
Ketidakseimbangan Ekonomi dan Kerapuhan
Setelah Perang Dunia I, ekonomi dunia menghadapi beberapa ketidakseimbangan. Eropa, berjuang untuk membangun kembali dari kerusakan perang, berhutang kepada Amerika Serikat. Sementara itu, Amerika Serikat muncul relatif tak terluka dan mengalami booming ekonomi. Ketidaksesuaian ini berkontribusi pada kerapuhan ekonomi global. Selain itu, ekonomi Amerika Serikat didasarkan pada fondasi yang goyah, dengan pasar saham yang semakin spekulatif dan budaya kredit konsumen yang berlebihan menjadi norma.
Kehebohan Pasar Saham dan Kebangkrutan 1929
Kegilaan spekulatif pada akhir tahun 1920-an mendorong jutaan orang Amerika untuk berinvestasi dengan besar-besaran di pasar saham, sering kali dengan meminjam uang. Harga saham melonjak menjadi tingkat yang tidak bisa dipertahankan. Pada tanggal 24 Oktober 1929, gelembung itu mulai pecah, dan pada tanggal 29 Oktober 1929 - hari yang sekarang dikenal sebagai Selasa Hitam - harga saham benar-benar jatuh. Crash ini menghapus jumlah kekayaan yang besar dan menciptakan tahap lanjut dari kemunduran ekonomi.
Kegagalan Perbankan
Kecelakaan pasar saham berdampak buruk pada sistem perbankan. Banyak bank telah menginvestasikan uang simpanan nasabah dalam pasar saham dan juga memberikan pinjaman kepada para investor pasar saham. Ketika pasar saham jatuh, bank-bank menghadapi kerugian besar. Hal ini menyebabkan kegagalan bank yang meluas dan, ketika bank-bank tutup, orang kehilangan tabungan hidup mereka. Hal ini memperburuk penurunan pasokan uang, memperburuk kemunduran ekonomi.
Bowl Debu dan Krisis Pertanian Amerika
Bersamaan dengan kegagalan perbankan dan keuangan, bencana lingkungan terjadi di Amerika Serikat. Serangkaian badai debu, yang dimulai pada tahun 1930, menghancurkan daerah pertanian di Amerika. Dikenal sebagai "Bowl Debu," fenomena ini disebabkan oleh kombinasi kekeringan yang parah dan praktik pertanian yang buruk. Bowl Debu menyebabkan kegagalan panen yang masif, memaksa puluhan ribu keluarga meninggalkan pertanian mereka dan memperburuk kesulitan ekonomi dalam Depresi Besar.
Depresi Merebut Kendali
Spiral Penurunan: 1930-1933
Setelah kejatuhan pasar saham pada tahun 1929, ekonomi terus mengalami penurunan. Produksi industri turun drastis, dan bisnis-bisnis gagal dengan tingkat yang mengkhawatirkan. Pada tahun 1933, hampir setengah dari bank-bank Amerika gagal. Depresi Besar bukanlah fenomena Amerika saja; dampaknya dirasakan di seluruh dunia. Negara-negara yang bergantung pada perdagangan internasional menderita karena impor dan ekspor yang mengering, dan mereka menemukan nasib ekonomi mereka terikat pada kejatuhan ekonomi Amerika.
Pengangguran dan Kemiskinan
Salah satu aspek yang paling mencolok dan menghancurkan dari Depresi Besar adalah peningkatan pengangguran. Di Amerika Serikat, tingkat pengangguran mencapai sekitar 25% pada tahun 1933. Ini berarti satu dari empat orang yang dapat bekerja tidak memiliki pekerjaan. Tingkat yang sama tingginya juga terjadi di negara-negara lain. Dengan begitu banyak orang yang tidak bekerja dan mereka yang tetap bekerja menghadapi pengurangan upah, kemiskinan melonjak. Dapur umum, antrean untuk mendapatkan roti, dan kamp-kamp sejenis (sering disebut "Hooverville" sebagai sindiran terhadap Presiden AS Herbert Hoover) menjadi pemandangan umum.
Perspektif Internasional
Di luar Amerika Serikat, negara-negara berjuang dengan tantangan unik mereka. Jerman, yang masih terpukul oleh konsekuensi Perjanjian Versailles, menghadapi tingkat pengangguran yang melonjak, yang berkontribusi pada bangkitnya Partai Nazi. Di Amerika Latin, ekonomi yang sangat bergantung pada ekspor barang ke Amerika Serikat dan Eropa menghadapi krisis. Negara-negara mengadopsi berbagai langkah untuk melindungi diri mereka dari efek terburuk Depresi, mulai dari kenaikan tarif untuk melindungi industri dalam negeri hingga perubahan radikal dalam struktur politik.
Respon Pemerintah
Tanggapan Awal: Intervensi Terbatas Hoover
Ketika Depresi melanda, Presiden Herbert Hoover berada di jabatan. Hoover, pendukung "individualisme yang tangguh," enggan melibatkan pemerintah federal terlalu banyak dalam mengatasi krisis. Dia percaya pada kerjasama sukarela antara bisnis dan pekerja serta mengharapkan pemulihan ekonomi secara alami. Pemerintahannya mengambil beberapa langkah, seperti mendirikan Reconstruction Finance Corporation, tetapi langkah-langkah tersebut dianggap terlambat dan tidak memadai.
New Deal: Reformasi Berani Roosevelt
Ketika Franklin D. Roosevelt menjabat pada tahun 1933, ia menerapkan serangkaian program dan reformasi yang dikenal sebagai New Deal. New Deal bertujuan untuk memberikan bantuan bagi pengangguran, mempromosikan pemulihan ekonomi, dan mereformasi sistem ekonomi untuk mencegah depresi di masa depan.
FDR memberlakukan serangkaian undang-undang. Korps Konservasi Sipil (CCC) dan Administrasi Proyek Umum (PWA) memberikan pekerjaan bagi jutaan orang. Undang-undang Penyesuaian Pertanian (AAA) bertujuan untuk membantu petani. Undang-undang Glass-Steagall mereformasi perbankan, dan Undang-Undang Sekuritas tahun 1933 mereformasi pasar saham. Program Jaminan Sosial didirikan untuk mendukung orang tua.
Respon Global: Strategi dan Perjuangan
Negara-negara berbagai macam merespons Depresi Besar dengan berbagai cara. Misalnya, Inggris, di bawah pimpinan Neville Chamberlain, mengambil pendekatan yang lebih ortodoks dengan memotong pengeluaran pemerintah dan menaikkan pajak untuk mengimbangi anggaran. Sebaliknya, Jerman di bawah Adolf Hitler menerapkan proyek-proyek pekerjaan publik yang luas, mirip dengan yang ada dalam New Deal, untuk mengurangi pengangguran.
Di Amerika Latin, Strategi Substitusi Impor Industri (ISI) menjadi umum. Negara-negara seperti Brasil dan Argentina berusaha mengurangi ketergantungan mereka terhadap barang impor dengan memberlakukan tarif dan mendorong produksi dalam negera. Dalam beberapa kasus, hal ini menyebabkan munculnya rezim otoriter yang menjanjikan stabilitas namun membatasi kebebasan politik.
Evaluasi Efektivitas Tanggapan Pemerintah
Berbagai tanggapan pemerintah terhadap Depresi Besar telah menjadi subjek analisis dan perdebatan yang luas. Di Amerika Serikat, banyak yang memberikan penghargaan kepada New Deal atas kemampuannya dalam mengurangi dampak terburuk Depresi dan memperkenalkan reformasi penting. Namun, ada juga yang berargumen bahwa akhirnya pengeluaran militer massif selama Perang Dunia II yang mengakhiri Depresi.
Di Eropa, tanggapan beragam. Dalam beberapa kasus, kebijakan pemerintah membantu meredam dampak Depresi, tetapi dalam beberapa kasus lain, mereka tidak banyak memberikan bantuan atau bahkan, seperti yang terjadi di Jerman Nazi, berdampak sangat buruk.
Depresi Besar menjadi titik balik bagi pemikiran ekonomi juga. Pengalaman pada tahun 1930-an mengarah pada munculnya ekonomi Keynesian, yang menganjurkan intervensi pemerintah aktif dalam melawan resesi dan depresi.
Jalan Menuju Pemulihan
Reformasi yang Berlangsung dari New Deal
Meskipun ada yang berpendapat bahwa New Deal tidak mengakhiri Depresi, tetapi program tersebut meninggalkan warisan yang berkelanjutan. Program Social Security, asuransi pengangguran, dan regulasi perbankan adalah sisa-sisa New Deal yang mengubah kontrak sosial Amerika.
Perang Dunia II dan Mobilisasi Ekonomi
Pertempuran Perang Dunia II memainkan peran penting dalam mengakhiri Depresi Besar. Ketika Amerika Serikat dan negara lain memobilisasi untuk perang, industri yang tidak aktif selama Depresi kembali hidup. Pengeluaran pemerintah yang masif untuk produksi perang menciptakan lapangan kerja dan merangsang aktivitas ekonomi.
Kerjasama Internasional: Sistem Bretton Woods
Pada tahun 1944, perwakilan dari 44 negara sekutu bertemu di Bretton Woods, New Hampshire, untuk merancang sistem moneter internasional baru. Dikenal sebagai Sistem Bretton Woods, kerangka kerja ini menetapkan nilai tukar tetap antara mata uang dan dolar AS, yang dapat ditukarkan dengan emas. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) juga dibentuk untuk mempromosikan stabilitas ekonomi dan pembangunan. Sistem ini memainkan peran penting dalam membentuk tatanan ekonomi global pascaperang yang luar biasa dan berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang luar biasa pada era pascaperang.